Senin, 16 Juli 2012

Ilmuwan Muslim Inspiratif Di Bidang Kedokteran Dan Pengobatan

Dengan menukir ke masa keemasan Islam pada masa yang silam, sejenak tentu kita bangga mengetahui bahwa segala macam ilmu yang ada pada kita saat sekarang ini adalah berkat jasa-jasa ilmuwan muslim dunia yang sudah hampir seribu tahun yang lalu, ketika umat muslim adalah pembawa obor pengetahuan pada zaman kegelapan. Mereka menciptakan peradaban Islam, didorong oleh penelitian dan penemuan ilmiah, yang membuat bagian dunia lainnya iri selama berabad-abad.
Begitu banyak ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu terlahir pada masa tersebut. Namun kali ini, penulis akan membahas ilmuwan yang berjasa dalam bidang kedokteran dan pengobatan. Berikut diantaranya :


Thabit Bin Qurrah
Thabit bin Qurrah merupakan seorang ilmuwan besar Arab dalam bidang matematik, astronomi, dan pengobatan yang mengungguli semua doktor pada zamannya. Beliau juga tergolong sebagai salah seorang daripada penterjemah terkemuka yang memikul tanggungjawab ‘mengalihkan’ berbagai bidang ilmu dari bahasa Latin ke dalam bahasa Arab. Nama beliau adalah Abu al-Hasan Thabit bin Qurrah bin Marwan al-Sabi al-Harrani. Beliau dilahirkan di Harran, suatu tempat yang terletak di antara sungai Dajlah dan Furat di Mesopotamia (Turki moden sekarang) pada tahun 221 H (836 M), dari keluarga Ash-Shaibah. Meskipun karya dan penemuan Thabit paling banyak dalam ilmu astronomi dan matematik, namun beliau terkenal sebagai doktor dan ahli falsafah pada zamannya. Ini merupakan hal yang lumrah, kerana masyarakat biasanya selalu mencari doktor yang ‘hebat’ untuk membantu menyembuhkan penyakit mereka. Manakala gelaran yang disandangnya sebagai salah seorang ahli falsafah yang hebat disebebkan beliau memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan dikurniai otak yang cerdas. Thabit bin Qurrah meninggal dunia pada 18 Februari 901 M.

Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat, merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 – 930. Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar. Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit “alergi asma”, dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri. Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.

Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham atau Ibnu Haitham (Basra,965 – Kairo 1039), dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop. Bidang lain yang dikuasainya adalah Fisika, Optik, dan Matematika. Sekitar tahun 1000 Ibn al-Haitham membuktikan bahwa manusia melihat sesuatu oleh cahaya terpantul dari benda-benda dan memasuki mata, menepis teori Euclid dan Ptolemy’s yang sebelumnya mereka menyatakan bahwa cahaya itu dipancarkan dari mata itu sendiri. Fisikawan muslim besar ini juga menemukan fenomena kamera obscura, yang menjelaskan bagaimana mata melihat gambar tegak karena sambungan antara saraf optik dan otak.

Abu Musa Jabir Bin Hayyan / Jabir Ibnu Hayyan
Orang-orang Eropa menamakannya Gebert, ia hidup antara tahun 721-815 M. Dia adalah seorang tokoh Islam yang mempelajari dan mengembangkan dunia Islam yang pertama. Ilmu tersebut kemudian berkembang dan kita mengenal sebagai ilmu kimia. Bidang keahliannya, (dimana dia mengadakan peneltian) adalah bidang : Logika, Filosofi, Kedokteran, Fisika, Mekanika, dan sebagainya.

Abu Yusuf Yakub Ibnu Ishak Al-Kindi
Dalam dunia barat dia dikenal dengan nama Al-Kindus. Memang sudah menjadi semacam adat kebiasaan orang barat pada masa lalu dengan melatinkan nama-nama orang terkemuka, sehingga kadang-kadang orang tidak mengetahui apakah orang tersebut muslim atau bukan. Tetapi para sejarawan kita sendiri maupun barat mengetahui dari buku-buku yang ditinggalkan bahwa mereka adalah orang Islam, karena karya orisinil mereka dapat diketahui dalam bentuk tulisan ilmiah mereka sendiri. Al-Kindi adalah ilmuwan ensiklopedi, pengarang 270 buku, ahli matematika, fisika, musik, kedokteran, farmasi, geografi, ahli filsafat Arab dan Yunani kuno. Al-Kindi adalah seorang filosof muslim dan ilmuwan sedang bidang disiplin ilmunya adalah: Filosofi, Matematika, Logika, Musik, Ilmu Kedokteran.

Abul Hakam Umar bin Abdurrahman bin Ahmad bin Ali Al-Kirmani adalah cendekiawan besar abad ke-12 dari Kordoba, Al-Andalus. Ia adalah murid dari Maslamah Al-Majriti. Ia mempelajari dan berkarya di bidang bidang geometri dan logika. Menurut muridnya Al-Husain bin Muhammad Al-Husain bin Hayy Al-Tajibi, “tak ada yang sepandai Al-Kirmani dalam memahami geometri atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya yang tersulit, dan dalam mempertunjukkan seluruh bagian dan bentuknya.” Ia lalu pindah ke Harran, Al-Jazirah (sekarang terletak di Turki). Disana ia mempelajari geometri dan kedokteran. Ia lalu kembali ke Al-Andalus dan tinggal di Sarqasta (Zaragoza). Ia diketahui menjalankan praktik bedah seperti amputasi dan kauterisasi.

Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abad Pertengahan. Dia lahir di Madinatuz Zahra’, 936 – 1013 yang dikenal di Barat sebagai Abulcasis. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid. Abul Qasim lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama “El Zahrawi”. Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah. Al-Tasrif berisi berbagai topik mengenai kedokteran, termasuk di antaranya tentang gigi dan kelahiran anak. Buku ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerardo dari Cremona pada abad ke-12, dan selama lima abad Eropa Pertengahan, buku ini menjadi sumber utama dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa. Bidang lain yang dikuasainya adalah bedah dan pengobatan.

Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi
Hidup antara tahun 864-930 dan namanya dilatinkan menjadi Razes. Seorang dokter klinis yang terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan satu penelitian Alchemist atau sekarang lebih terkenal disebut ilmu Kimia.
Didalam penelitiannya pada waktu itu Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi sudah menggunakan peralatan khusus dan secara sistematis hasil karyanya dibukukan, sehingga orang sekarang tidak sulit mempelajarinya. Disamping itu Al-Razi telah mengerjakan pula proses kimiawi seperti: Destilasi, Kalsinasi dan sebagainya dan bukunya tersebut merupakan suatu buku pegangan Laboratorium Kimia yang pertama di dunia. Bidang lain yang dikuasainya adalah Pengobatan, Ophthalmology, Smallpox , Ilmu Kimia, Astronomi.  

Abu Ali Al-Husein Ibnu Sina atau dikenal dengan nama Avicenna, yang hidup antara tahun 986-1037 M. Seorang ilmuwan muslim dan Filosof besar pada waktu itu, hingga kepadanya diberikan julukan Syeh Al-Rais.
Keistimewaannya antara lain pada masa umur 10 tahun sudah hafal Al-Qur`an, kemudian pada usia 18 tahun sudah mampu menguasai semua ilmu yang ada pada waktu itu, bidang keahliannya adalah ilmu Kedokteran, ilmu Fisika, Geologi, Mineralogi. Juga dibidang pengobatan, filosofi, Matematika, dan Astronomi. 


Ibn Maskawaih atau nama sebenarnya Abu Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Yaakub bin Maskawaih merupakan ilmuwan Islam yang penting. Pandangannya mengenai manusia dan perkembangan masyarakat bukan saja menjadi asas pemikiran ke­pada ilmuwan Islam yang lain seperti Ibnu Khaldun dan Jamaluddin Al Rini tetapi juga para sarjana Barat.Teori evolusi yang dikemukakannya telah dijadikan sebagai bahan kajian oleh Charles Darwin yang kemudiannya menerbitkan buku Origin of Species mengenai kejadian dan asal-usul manusia. Dalam buku tersebut, Charles Darwin telah menyatakan bahawa manusia berkembang secara evolusi daripada spesies hidupan yang paling ringkas kepada yang kompleks. Perkembangan itu berlaku secara perlahan-lahan dan mengambil masa yang lama. Teori evolusinya telah menjadi kontroversi dan mendapat tentangan daripada pihak gereja kerana dia menafikan peranan Tuhan dalam menjadikan kehidupan di muka bumi ini. Namun begitu, teori berkenaan telah menjadikan Darwin terkenal dan dianggap sebagai pelopor teori evo­lusi yang digunakan oleh para sarjana dalam bidang antropologi dan sosiologi dalam menghuraikan sejarah serta perjalanan manusia serta perkembangan masyarakat. 
Padahal teori evolusi telah lama digunakan oleh Ibn Maskawaih dalam kajiannya mengenai perabadan ma­nusia. Menurutnya, kecerdikan manusia tidaklah mengatasi kepintaran yang dimiliki oleh beruk. Tetapi manusia menjadi lebih cerdik kerana pengalaman yang mereka peroleh dalam kehidupan bermasyarakat. 

Abdal-Malik Abū Merwan 'bin Zuhr (juga dikenal sebagai Ibnu Zuhr, Avenzoar, Abumeron atau Ibn-Zohr) (1091-1161) adalah seorang dokter ahli bedah, Muslim dan guru di Al-Andalus. Ia lahir di Seville (sekarang barat daya Spanyol). Terkenal bukunya Al-Taysir fil-Mudāwāt wal-tadbir ("Kitab Penyederhanaan Mengenai Terapi dan Diet") berpengaruh terhadap kemajuan operasi. Dia juga meningkatkan pengetahuan bedah dan medis dengan memasukkan keluar beberapa penyakit dan perawatan mereka. Ia diperkirakan telah membuat gambaran awal untuk batu bezoar sebagai item obat. 


Dengan deretan sarjana muslim seperti itu, tidaklah sulit untuk menyetujui apa yang dikatakan George Sarton, ” Tugas utama kemanusian telah dicapai oleh para muslim. Filosof terbaik, Al-Farabi adalah seorang muslim. Matematikawan terbaik Abul Kamil dan Ibn Sina adalah muslim. Ahli geography (Ilmu Bumi) dan ensklopedia terbaik Al-Masudi adalah seorang muslim dan Al-Tabari ahli sejarah terbaik juga seorang muslim".

Bangga kah? Tentu saja
Hanya itu? Tentu tidak.
Tokoh-tokoh diatas membuktikan, kita semua dapat menjadi hebat. Mari kita lanjutkan perjuangan mereka.

Islam itu, Berjaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar